PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DAN ILMU JIWA





MAKALAH
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DAN ILMU JIWA
KELOMPOK 4
ADI PRAYITNO (1201413049)
RESTU HANDAYANI (1201413059)
AULIYA MIFTACHUL UMRI (1201413065)
EVI RAHMAWATI (1201413087)

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Puji syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas ridhoNya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Pwndidikan Seumur Hidup dan Ilmu Jiwa tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai persyaratan tugas mata kuliah PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP.Pentingnya mengetahui dan mempelajari  pendidikan seumur hidup dan ilmu jiwa akan memungkinkan seorang mengembangkan potensinya sesuai dengan kehidupannya. Pada dasarnya semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan serta keterampilannya (skill).Isi makalah ini antara lain adalah pengertian pendidikan seumur hidup dan ilmu jiwa. Pendidikan merupakan cara paling efektif untuk keluar dari suatu lingkaran yang menyerat kepada kebodohan dan kemelaratan. Pendidikan seumur hidup dalam konteks ini memungkinkan seseorang untuk meningkatkan produktivitasnya, memelihara dan mengembangkan sumber-sumber yang dimiliki serta merupakan alat untuk mengembangkan individu-individu yang akan belajar seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat
1.2.Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas,permasalahan yang di bahas dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1.Apa yang di maksud pendidikan dan belajar?
2.Apa yang di maksud pendidikan seumur hidup dan belajar semur hidup?
3.Apa saja faktor-faktor kejiwaan dalam tujuan pendidikan?
4.Apa saja tujuan pendidikan sekarang?
5.Bagaimana penilaian terhadap pendidikan seumur hidup?
1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan Penulisan laporan observasi ini adalah:
1.mendeskripsikan pengertian pendidikan dan belahar
2.mendeskripsikan pendidikan seumur hidup dan belajar seumur hidup
3.mendeskripsikan faktor-faktor kejiwaan dalam tujuan pendidikan
4.menjelaskan tujuan pendidika sekarang
5.menjelaskan penilaian terhadap pendidikan seumur hidup


BAB II
PEMBAHASAN
PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DAN ILMU JIWA
PENDIDIKAN          DAN   BELAJAR
Proses pendidikan dalam pengertian yang amat luas dapat didefinisikan sebagai perubahan dalam memahami dunia luar,dirinya sendiri, dan hubungan dirinya dengan orang lain dan obyek-obyek yang ada di lingkungannya . perubahan-perubahan itu membantu seseorang untuk menginterprestasi pengalaman dan memungkinkan peningkatan teknik-teknik bertingkah laku yang efektif untuk menghadapi kehidupan.  Pendidikan adalah “rekontruksi atau reorganisasi pengalaman, sehingga menambah arti pengalaman dan meningkatkan kemampuan mengarahkan jalan pengalaman berikutnya.” jadi, pendidikan erat sekali hubungannya dengan belajar : belajar adalah suatu proses dimana pribadi seseorang bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya , melalui proses ini terjadi pendidikan .

Persekolahan dan      belajar

 Persekolahan dan belajar juga berkaitan sangat erat  sekali . Sekolah diasosiasikan dengan belajar. Bagaimanapun juga, sekolah dan belajar bukanlah hal yang sama. Umpamanya, belajar tidak harus secara khusus menyadari bahwa mereka sedang belajar.Apa yang dipelajari  barangkali diperoleh tanpa kesadaran pada diri pelajar. jenis belajar ini tidak dapat dianggap persekolahan, meskipun barangkali terjadi di sekolah serta menyenangkan atau mencemaskan para pendidik. Jenis belajar di sekolah memilki unsur-unsur tertentu yang membedakannya dengan belajar sehari- hari yang semata-mata terjadi  dalam kehidupan dan perkembangannya. Fakta bahwa proses persekolahan merupakan usaha sengaja dan sistematik dibuat untuk mengubah tingkah laku melalui belajar (Duke,1976; Rohwer,1970). Juga agen-agen yang secara khusus dirancang untuk tugas  mengontrol belajar (guru-guru). Semua hal yang telah disebutkan memerlukan persyaratan adanya orang-orang yang mengerti bagaimana mempengaruhi belajar, apa yang akan dipelajari , kapan akan dipelajari,dan tujuan untuk apa dipelajari . Jadi, hubungan antara persekolahan dengan belajar berpusat pada fakta
Pendidikan     dan      Persekolahan
Dapat dibenarkan pengertian pendidikan lebih diperluas meliputi seluruh pengalaman yang mendidik yang dialami oleh orang-orang dalam seluruh bagian kehidupan normal mereka . tentu saja, kemungkinan menerima pendidikan melalui pengalaman kehidupan (pendidikan “dalam sekolah kehidupan“ ), atau sebaliknya menggunakan banyak waktu di sekolah tetapi miskin pendidikan dalam bidang kehidupan (“pendidikan orang-orang idiot”) Pendidikan dan persekolahan dikaitkan dengan perhatian umum terhadap belajar,tetapi  keduanya bukan hal yang sama (Duke.1976). pendidikan adalah proses yang lebih umum , dan tidak melulu dari  hasil kontak dengan sekolah. Persekolahan adalah hanya salah satu instansi khusus pendidikan. Hal ini penting bagi siapa saja yang ingin memahami prinsip- prinsip pendidikan seumur hidup. Karena itu, penting untuk diperhatiakan bahwa belajar yang belangsung di sekolah hanya salah satu contoh belajar normal , wajar dan sehari-hari yang berlangsung dalam proses pendidikan yang lebih luas . lebih jauh lagi, persekolahan hanya salah satu dari banyak proses pendidikan yang beroperasi dalam kehidupan , dan sekolah hanya salah satu prinsip- utama pendidikan seumur hidup.
Konsep           Belajar
Belajar meliputi penguasan ketrampilan-ketrampilan sosial baru, perkembangan perubahan sikap ke arah dirinya sendiri dan orang lain , perubahan kemampaun untuk mengalami dan menahan emosi. Pengembangan tujuan dan aspirasi , dan sebagainya. Konseptualisasi belajar ini telah diungkapkaan lebih banyak oleh Blakely (1972). Meskipun benar bahwa belajar adalah proses adaptasi terhadap lingkungan , khususnya dalam konteks belajar adalah proses yang “dinamis.” Mereka belajar bagaimana belajar, kapan belajar dan apa yang akan dipelajari. Belajar buakn hal yang pasif , tetapi terdiri dari proses ‘kreatif’ seleksi dan reorganisasi. Pemikiran dapat juga dianggap sebagai “instrumen untuk belajar”(Blakely,1972.hal.167) Dalam segi ini pendidikan seumur hidup  pada pokoknya berkenaan dengan belajar sebagai suatu sistem pendidikan. Pendidikan memang meliputi beberapa elemen seperti itu , disamping juga berkenaan dengan motivasi , kognitif, etika, estetika, dan pertumbuhan personal.
Pendidikan Seumur Hidup dan Belajar Seumur Hidup
Seperti yang telah dikemukakan, belajar dan pendidikan tidak sama,begitu juga pendidikan dan persekolahan. Juga dikemukakan bahwa belajar adalah proses  seumur hidup yang berlangsung dengan atau tanpa persekolahan apa yang diterimanya. Pendidikan seumur hidup adalah suatu tujuan atau ide yang memuat prinsip-prinsip mengorganisir persekolahan untuk membantu proses belajar  seumur hidup, dan untuk mempengaruhinya sesuai dengan tujuan dan ide khusus. Salah satu tujuan pendidikan seumur hidup memodifikasi persekolahan untuk membentuk dan mengaruhi jenis belajar yang terjadi seumur hidup. Sistem sekolah diorganisir menurut prinsip pendidikan seumur hidup tidak akan menciptakan belajar seumur hidup karena belajar seumur hidup sudah berlangsung ), tetapi akan memuat usaha sengaja untuk mempengaruhi bentuk, tingkat dan kualitas belajar.
Pendidikan seumur hidup dan pengetahuan kejiwaan
Pendidikan seumur hidup mempunyai tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan, prinsip-prinsip yang akan ditekankan, dan jenis-jenis orang yang akan ditolong perkembangannya. Sebagai tujuan pendidikan, paling tidak dirumuskan dalam bentuk abstrak, tujuan kejiwaan ideal pendidikan seumur hidup seperti terbinanya orang yang yakin,kreatif,mempunyai kemampuan intelektual,kepribadian yang baik,etis dan sebagainya. Pendidikan seumur hidup adalah menterjemahkan tujuan abstrak ke dalam rangkaian operasi kelas yang konkrit dan dapat di percaya untuk mencapai tujuan. Adopsi prinsip pendidikan seumur hidup lebih lanjut, sebagian merupakan tindakan yang berdasarkan kepercayaan, beserta elemen politik masyarakat yang kuat. Pendidikan seumur hidup didefinisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk organisasi dan struktur pengalaman pendidikan. Istilah “pendidikan seumur hidup” digunakan sehingga dapat dimengerti. (tujuan yang mengarahkan organisasi pendidikan). Kedua, konsep utama yang dipergunakan adalah tentang “belajar seumur hidup” bahwa belajar terjadi seumur hidup dan tidak terikat dengan ada dan tidaknya konsep pendidikan seumur hidup, “belajar seumur hidup” akan dikelola dengan belajar konvensional seperti yang kita ketahui.
Struktur Analisis
Analisis kejiwaan pendidikan seumur hidup akan diorganisir dalam tiga kerangka, tujuannya untuk menunjukkan bahwa asumsi kejiwaan secara implisit yang mendasari pendidikan seumur hidup dalam bidang fungsi kognitif, motivasi dan fungsi sosio efektif itu benar menurut pengetahuankejiwaan sekarang. Sejak pendidikan seumur hidup memuat seperangkat tujuan yang jelas berbeda dengan tujuan pendidikan yang diorganisir sudah menunjukkan bahwa pendidikan seumur hidup menurut pengetahuan kejiwaan akan menyajikan basis yang memadai untuk mengkaji lebih jauh prinsip-prinsipnya. Seluruh analisis pengesahan pendidikan seumur hidup sebagai suatu prinsip yang terorganisir dan keputusan apa sistem sekolah yang ada dapat dimodifikasi menurut konsep pendidikan seumur hidup, tidak hanya bertumpu pada analisis kejiwaan. Pendidikan seumur hidup memerlukan pendidikan yang lebih kompleks di tinjau dari segi disiplin ilmu seperti ekonomi, sosiologi, administrasi dsb. Arah tersebut sudah dimulai oleh Dave (1974). Analisis pendidikan seumur hidup dari sudut pandang kejiwaan merupakan aspek penting, meskipun elemen ini kurang di berikan penekanan.
BASIS KEJIWAAN PENDIDIKAN
Standarisasi ini bertujuan untuk memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap proses pembelajaran sepertiKenyataannya, penetapan tujuan-tujuan pendidikan yang disengaja selalu terpaut dengan bidang kejiwan, ekonomi, sosiopolitik, dan unsur-unsur sosiologis. Kepercayaan tersebut secara eksplisit di nyatakan dalam pembukaan kurikulum atau sukar dikenali pelaksanaannya dalam sistem. Ini bearti pendidikan seumur hidup juga berhubungan dengan seperangkat kepercayaan dalam bidang kejiwaan, sedangkan kepercayaan itu juga berhubungan dengan persekolahan konvensional, meskipun sifat-sifat kepercayaan secara tepat barangkali berbeda. Prinsip pendidikan seumur hidup mensyaratkan bahwa orang-orang   harus belajar dengan cara tertentu, dibawah kondisi tertentu, dan akan berlangsung terus seumur hidup mereka. Bagaimanapun juga, rekomendasi ini memuat seperangkat kepercayaayn tentang seperti apa sebenarnya orang itu, dan apa tujuan belajar yang harus mereka cari , dan seperti apa manusia yang ideal itu,dan sebagainya. Kejelasan pengakuan terhadap fakta ini dapat dilihat peranan utama yang diberikan pada studi faktor-faktor kejiwaan dalam program pendidikan guru. Sebagai tambahan belajar dalam kelas sangat tergantung dengan penerapan”iklim yang memotivasi” dengan tepat.

Faktor-faktor Kejiwaan dalam Tujuan Pendidikan
 Pengelolaan belajar kelas yang sukses adalah suatu fenomena yang memuat elemen kejiwaan sebagai bagian yang amat penting. Basis kejiwaan pendidikan sama sekali tidak terbatas pada pengelolaan belajar dalam kelas. Seperti yang telah dikemukakan dalam bab dua,eleman utama persekolahan formal adalah pengelolaan pengalaman anak-anak yang disengaja selama proses persekolahan formal untuk mencapai perubahan tingkah laku yang diinginkan. Amat sangat penting untuk diperhatikan bahwa tujuan-tujuan seperti ini, meskipun dikatakan muncul dari bukti-bukti yang dapat di pertanggungjawabkan secara”ilmiah” namun kenyataannya sangat tergantung dengan faktor-faktor sosio politik seperti kepercayaan umum tentang heredity dan environment dalam perkembangan manusia. Sebagai contoh, amat mengejutkan sekali bahwa pada abad ke 19, training transfer dalam sistem pendidikan Inggri secara luas diterima sebagai kunci konsep kejiwaan
Tujuan pendidikan sekarang
Kejiwaan secara eksplisit dijadikan statemen untuk tujuan pendidikan . khususnya dalam menghadapi ketidakpastian sifat-sifat dunia di masa mendatang ditekankan dalam Jadi ,titik berat dalam statement tujuan pendidikan beralih dari penguasaan ketrampilan dan pengetahuan ke bidang produksi jenis tertentu funsi individu yang secara psikologis memiliki cara tertentu lebih mutakhir lagi, penekanan berubah lebih jauh ke arah penguasaan ketrampilan sosial, pengembangan etika dan perhatian terhadap orang lain, pengembangan kesehatan diri, prestasi pemenuhan diri,dan sebagainya (silva,1973;Coles,1972). Sebagai tambahan, tujuan pendididkan didasarkan pada kepercayaan kejiwaan tentang apa yang dibutuhkan orang- orang jika mereka ingin hidup memuaskan, apa yang menyebabkan kepuasan hidup , dan sebagaainya.
MENILAI PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP
Dalam argumentasi yang telah dikembangkan jelas dimungkinkan dan malah diinginkan untuk menganalisis pendidikan dari sudut pandang assumsi kejiwaan yang mendasari struktur, proses dan tujuan pendidikan. Banyak analisis pendidikan modern disajikan dalam bab-bab dan bertentanagann dengan assumsi-assumsi pendidikan seumur hidup yang mempunyai basis kejiwaan. Ini tidak di maksudkan untuk menolak bahwa ia juga mempunyai aspek ekonomi,elemen-elemen administrasi , dan sebagainya.
Pendidikan dan Ideologi
 Dengan diterimanya pandangan yang telah dikemukakan bahwa pendidikan amat luas kaitannya dengan faktor-faktor kejiwaan, karena itu evaluasi sistem pendidikan jelas sekali harus berdasarkan kriteria kejiwaan. Hal i ni tepat sekali menjadi tujuan penyajian buku ini. Bagaimanapun juga, evaluasi pendidikan(kejiwaan atau yang lainnya0 langsung berhadapan dengan problem praktis, yaitu bagaimana melaksanakanya. Jadi, khusus kurikulum harus dinyatakan dengan istilah seperti “produksi pelajaar yang disiapkan dengan baik untuk berfungsi sebagai warga negara,” atau “pengembangan berpikir logis daan kritis dalam diri pelajar.” Tidak satupun deskripsi tersebut yang operasianal dibandingkan dengan statemen seperti’pengembangn pelajar yang meminjam anatara 3 sampai 5 buku dari perpustakaan dalam minggu tertentu .”Dan para pembangakang dalam bidang pendidikan mengusulkan kurikulum yang dikembangkan dalam istilah ideologis yang menurut masyarakat mereka “maju” “radikal” dan ‘progresif” dan sebagainya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Etnografi Kebudayaan Semarang

“HAKIKAT PENDIDIKAN”

contoh PKM Gagasan Tertulis lolos Dikti tahun 2015, diketuai oleh Dian Fatmawati, Akuntansi Unnes