Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah



1. Pendidikan informal adalah lingkungan pendidikan keluarga yang pertama dan utama karena didalam keluargalah setiap orang sejak pertama kali dan untuk seterusnya belajar memperoleh pengembangan pribadi, sikap dan tingkah laku, nilai-nilai dan pengalaman hidup, pengetahuan dan ketrampilan melalui interaksi sosial yang berlangsung setiap hari antara sesama anggota keluarga.
Ciri-ciri yang berkaitan dengan proses pendidikan informal :
1. kegiatan pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan terjadi dimana anak atau orang tua itu berada, lebih banyak berbentuk kegiatan belajar secara mandiri
2. proses belajar dapat berlangsung kapan saja, dimana saja, tidak terlalu terikat oleh waktu dan tempat
3. proses belajar berlangsung tanpa adanya peserta didik dan pendidik tetapi antara orang tua dengan anak atau kakak dengan  adik
4. tidak mengenal persyaratan usia karena tua maupun yang muda dapat berlangsung melibatkan diri, dalam proses belajar dan membelajarkan 
5. tidak menggunakan metode yang komplikatif yang sulit dimengerti atau sulit dilaksanakan
6. bahan belajarnya cukup sederhana berisi pengetahuan praktis yang mudah dipahami dan mudah diterapkan
Karakteristik pendidikan informal adalah bahwa pendidikan informal sama sekali tidak teroganisasikan secara struktural, tidak terdapat penjenjangan kronologis, tidak mengenal adanya kredensials, lebih merupakan hasil pengalaman belajar individual-mandiri, dan pendidikannya tidak terjadi didalam medan interkasi belajar-mengajar buatan "sebagaimana pada pendidikan formal dan non formal" 
Pendidikan Formal merupakan program kegiatan pendidikan yang terorganisasikan serta dirancang untuk melayani kebutuhan belajar yang tidak dapat dipenuhi oleh kegiatan pendidikan informal dan nonformal.
Ciri-ciri karakteristik pendidikan formal :
1.      kegiatan belajarnya diselenggarakan didalam kelas maupun ruangan yang tertutup atau terpisah dari pergaulan masyarakat.
2.      Terdapat persyaratan usia dan pengelompokan usia kedalam kelas atau tingkat tertentu.
3.      Terdapat pembedaan tegas antara pendidik dan peserta didik.
4.      Waktu belajarnya diatur dan dikendalikan dengan jadwal yang sudah dirancang sebelumnya dan menggunakan pengaturan berdasar skuenitas.
5.      Materi pelajaran disusun dalam kurikulum dan di jabarkan dalam sejumlah garis besar pelaksanaan program pembelajaran dan dirinci lebih lanjut dalam silabus mata pelajaran.
6.      Materi pelajarannya lebih banyak bersifat akademi intelektualitas berkelanjutan (dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi).
7.      Proses belajar diatur secara tertib, terkendali dan terstruktur.
8.      Dipakai beberapa metode penyampaian bahan pelajaran secara sistemik.
9.      Ada sistem evaluasi formatif-sumatif untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dan langkah-langkah supervisi bagi pengelola lembaga sekolah.
10.  Ada penghargaan yang diberikan dalam bentuk kredensial, ijazah atau sertifikat bagi peserta didik yang telah menamatkan pendidikan yang ditempuh.
11.  Untuk pengadaan prasarana dan sarana pendidikan membutuhkan pembiayaan yang cukup banyak yang bersumber dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, partisipasi orang tua dan sumber bantuan dari sumber lain yang tidak mengikat.
12.  Masa studi pada pendidikan formal terhitung cukup lama dan membutuhkan biaya yang cukup maha.
Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem pendidikan persekolahan yang berorientasi pada pemberian layana pendidikan kepada kelompok masyarakat yang karena suatu hal tidak dapat mengikuti pendidikan formal disekolah.
Ciri-ciri utama pendidikan nonformal  :
1.      Program kegiatannya disesuaikan dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan peserta didik yang bersifat mendesak dan memerlukan pemecahan yang sesegera mungkin.
2.      Materi pelajarannya bersifat praktis prakmatis dengan maksud agar segera dapat dimanfaatkan (quicklyelding) dalam menunjang kehidupan atau pekerjaan sehari-hari.
3.      Waktu belajarnya singkat dalam arti dapat diselesaikan dengan cepat.
4.      Tidak banyak menelan biaya, dalam arti kegiatan itu bisa dilaksanakan dengan biaya murah namun besar faedahnya.
5.      Tidak mengutamakan kridensial dalam bentuk ijazah ataupun sertifikat, yang lebih penting adalah bisa diperolehnya peningkatan dalam pengetahuan dan keterampilan.
6.      Dalam pendidikan nonformal ini masalah usia peserta didik tidak begitu dipersoalkan, demikian pula dengan jenis kelaminnya.
7.      Juga tidak mengenal kelas atau tingkatan secara kronologis, kalaupun ada penjenjangan tidak seketat seperti pendidikan formal.
8.      Seperti dalam pendidikan formal, program kegiatannya dilaksanakan secara berencana, teratur dan sengaja, namun penyelenggaraannya lebih luwes dengan mempertimbangkan kesempatan peserta didik.
9.      Terjadi suasana belajar yang saling belajar dan saling membelajarkan diantara peserta didik.
10.  Tujuan pembelajarannya dirancang dan diarahkan pada upaya untuk memperoleh lapangan kerja dalam usaha meningkatkan pendapatan dan taraf hidup.
11.  Waktu dan tempat belajar disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik serta lingkungannya.
12.  Pada umumnya kegiatan pendidikan nonformal tidak terlalu banyak menuntut tersediannya prasarana dan sarana belajar yang komplit / lengkap, dimanapun dan dengan peralatan yang sederhana sekalipun program ini sudah dapat diselenggarakan.
13.  Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerkukan layanan pendidkan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah dan perlengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
14.  Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
15.  Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan permudaan, pendidikan pemberdayaan peremouan, pendidikan keaksaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemamouan peserta didik.
16.  Sedangkan satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kurus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majlis taklim atau satuan pendidikan yang sejenis.
 2. Pendidikan nonformal sebagai sub-sistem pendidikan nasional maksudnya sistem pendidikan nasional memiliki dua sub sistem yaitu sub-sistem pendidikan formal (in school education) dan sun-sistem pendidikan nonformal dan informal ( out of school education). Kedua sub-sistem itu saling menopang satu sama lain dan mempunyai kedudukan yang sejajar (Sudjana, 1981; 14-15).
Sub-sistem pendidikan nonformal menyelenggarakan semua bentuk kegiatan pendidikan nonformal dan pendidikan informasi yang berlangsung dilingkungan keluarga dan masyarakat. 
Pendidikan nonformal merupakan sub-sistem pendidikan nasional yang turut membantu membina manusia seutuhnya dan membina pelaksanaan konsep pendidikan seumur hidup (Sanafiah faisal, 1981).
3. Masalah baru dalam pendidikan nonformal :
1.      Pendidikan belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang sedang membangun, karena pngetahuan yang dipelajari selama ini terlalu umum atau terlalu spesialistis, tidak sesuai dengan kebutuhan serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.      Pelaksanaan pelajaran disekolah terlalu menitikberatkan kepada pendidikan teori, dengan metode verbalistis dan pasif. Pendidikan secara klasikal, yang berarti menyamaratakan tingkat kemampuan bagi semua anak didik yang sebenarnya memiliki berbagai jenis kemampuan berkembang. Sistem atau teknik evaluasi dengan sistem ujian pada akhir tiap jenjang sekolah memberikan hasil evaluasi yang tidak objektif dan tidak memberikan kesempatan untuk diusahakannya-perbaikan terdapat kelemahan atau kelambatan dan permulaan.
3.      Adanya ketidak seimbangan horisontal dan vertikal, dan terlalu banyak jenis sekolah serta jurusan-jurusannya.
4.      Masyarakat masih dihinggapi oleh mental priyai sehingga mengarahkan pendidikan anak-anaknya untuk menuju white colour job dan mengharapkan mengikuti pendidikan setinggi-tingginya melalui pendidikan umum ke pendidikan tinggi.
5.      Pemdidikan Jasmani dan kesenian sebagai keseimbangan dalam pembentukan mental, fisik dan kejiwaan kurang mendapat perhatian.
6.      Fasilitas gedung, lapangan olah raga, alat-alat pelajaran, alat-alat pelatihan, alat-alat peragaan serta biaya tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan dan latihan.
7.      Buta huruf merupakan halangan untuk berkembangnya masyarakat untuk melaksanakan pembangunan di era global.
8.       Terhadap pemuda sebagai golongan dalam masyarakat yang merupakan potensi bagi pembangunan maupun untuk generasi yang akan datang, belum ada pengarahan pembinaan.
9.      Banyak drop out berarti pemborosan dalam bidang pendidikan.
10.  Tenaga pendidik sebagian besar tidak memenuhi syarat, terutama pada pendidik sekolah dasar, serta kurang peka terhadap pembaharuan dan perkembngan ilmu pengetahuan dan teknologi.
11.  Kurangnya tenaga-tenaga yang terlatih dalam segala bidang ketrampilan yang langsung dapat menunjang pembangunan.
4. Pendidikan nonformal dapat dilaksanakan dalam 4 macam bentuk :
1.      Dalam bentuk belajar sendiri yang dapat dilakukan oleh tiap-tiap orang, kapan saja dan diman saja mempergunakan sumber-sumber belajar yang ada, baik sumber tertulis, audio, visual, maupung gabungan audio-visual.
2.      Belajar dalam kelompok dalam hal mana beberapa orang pada waktu dan kesempatan yang sama, belajar dalam suasana yang bebas / tidak terikat dari sumber belajar yang sama pula
3.      Belajar melalui kursus-kursus dan pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat untuk melayani berbagai macam kebutuhan belajar, dalam hal mana pihak warga belajar harus lebih banyak menyesuaikan diri dalam penyelenggaraan kursus-kursus tersebut.
4.      Belajar melalui cara magang, ini bisa terjadi bila sesorang memperoleh sesuatu ketrampilan dengan cara “mengabdikan diri sepenuhnya” kepada pihak lain yang berfungsi sebagai sumber, sampai ketrampilan tersebut dikuasai sepenuhnya
Contohnya program pendidikan nonformal:
1.      Program pendidikan pertanian yang meliputi pendidikan ketrampilan untuk usaha bercocok tanam, berternak, memelihara ikan, berkebun, juga usaha-usaha untuk memelihara hutan.
2.      Program pendidikan dan ketrampilan untuk mengolah hasil pertanian,perternakan, perikanan, dan usaha kehutanan.
3.      Program pendidikan teknologi dan mekanisasi dalam usaha pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan usaha kehutanan.
4.      Program pendidikan pertukangan, baik untuk tukang kayu maupun tukang batu, perbengkelan.
5.      Program pendidikan potong memotong pakaian dan menjahit, memotong rambut, merias temanten.
6.      Program pendidikan mengetik, administrasi, dan pembukuan, bank dan perkreditan, pendidikan, pendidikan seni beladiri serta cabang olah raga yang lain.
5.      Masalah yang dihadapi pendidikan nonformal :
1.      Adanya kelemahan didalam menentukan diagnosa perencanaan program.
2.      Adanya program yang tidak konsepsional, asal dibuat dan asal dilaksanakan karena ada sumber dananya.
3.      Adanya beberapa program kegiatan yang boleh dibilang sama, tetapi dilaksanakan oleh beberapa pihak.
4.      Kurang atau tidak adanya pengertian, kesadaran serta tanggung jawab terhadap program yang dilaksanakan, baik dari pihak pelaksanaan, para pejabat maupun masyarakat.
5.      Heterogenitas latar belakang pendidikan dan pengalaman para petugas disatu pihak dan warga belajar di lain pihak dapat menimbulkan perbedaan yang tajam, dalam hal ini nilai kecakapan dan ketrampilan yang dimilikinya.
6.      Karena banyaknya kebutuhan yang hendak dilayani, maka kurikulum yang disusun untuk memenuhi kebutuhan tersebut kerap kali jumbuh dan kurang terperinci.
7.      Kelemahan pada metode atau cara-cara pendekatan yang formal sehingga jarak antara sumber belajar dan warga belajar tetap jauh, hal ini akan mempengaruhi proses dan hasil belajar.
8.      Sikap warga belajar yang kurang serius atau seperti unen-unen jawa “obor blarak” “hangat-hangat tai ayam”, hanya satu dua kali datang, sesudah itu bosan, dan akhirnya tidak pernah kelihatan lagi.
9.      Tidak adanya kemampuan warga belajar untuk berwisata (meskipun semangat dan minatnya ada) sehingga apa yang diharapkan sesudah selesai mengikuti kegiatan program, akhirnya tetap hanya sebagai harapan saja.
10.  Keterbatasan dalam hal sarana dan prasarana serta faktor penunjang kegiatan lainnya, boleh dibilang merupakan sandungan yang bisa memporakporandakan kegiatan suatu program.
11.  Kelemahan dalam hal koordinasi dan kerjasama dengan instansi atau lembaga terkait kurang baik.
12.  Cara-cara yang digunakan untuk mengadakan supervisi monitoring dan evaluasi nampaknnya masih kurang tepat, dalam arti kurang sistemik dan kurang metodis, sehinngga sulit diketahui apakah suatu program ini berhasil ataukah tidak berhasil.
6.      Contoh pendidikan nonformal di Thailand :
1.      Program untuk bidang pelayanan kesehatan masyarakat.
2.      Program pengadaan pangan.
3.      Program pelestarian lingkungan hidup.
4.      Program peningkatan pendapatan.
5.      Program untuk membrantas buta aksara
Contoh program pendidikan di Equador :
Di Equador pendidikan membaca dan menulis menjadi prioritas yang lebih tinggi  sedangkan pendidikan berhitung dan pengetahuan yang lain berada dalam tingkat yang lebih rendah sehingga terjadi ketidakseimbangan, untuk menyelesaikan masalah tersebut pemerintah Equador menampilkan cara-cara praktis untuk mengajarkan pengetahuan berhitung. Proyek ini lebih banyak memusatkan perhatiannya bagi penemuan dan pengembangan alat yang menarik dan efisien yang dapat dipakai di dalam mengerjakan berhitung. Alat yang di maksud berupa alat permainan,
antaranya :
1.      Permainan Bingo
2.      Permainan Burro
3.      Permainan Parchisi
4.      Permainan Roulete
5.      Permainan Ring Toss
6.      Permainan Pin Ball
7.      Permaina Soccer
8.      Permainan Domino
9.  Permainan Number Dice
10.  Permainan Market Rummy
  LAUBACH LITERACY INTERNATIONAL di SYRACUSE,  PHILIPINA :
Merupakan organisasi swasta yang bergerak di pendidikan luar sekolah, terutama dalam mengajarkan membaca dan menulis kepada orang-orang dewasa yang memerlukannya.
Stuktur organisasinya diatur dalam tiga bagian :
1.      General Management Ofice dan New Reader Press Division berada di Syracuse
2.      Educational Program Division sub bagiannya tersebar di beberapa negara : Rhodesia, Jerusalem, India, Brasil, Mexico, Panama, Colombia, Amerika Latin, Ontario Canada.
3.      New readers Press untuk bagian penerbitan buku.
7.      Proses Pembelajaran Pendidikan Nonformal
 Pendidikan nonformal sebagai sistem harus menekankan proses pembelajaran sebagai “pemberdayaan” warga belajar, yang dilakukan melalui interaksi perilaku pendidik nonformal dan perilaku peserta didik / warga belajar, baik di ruang maupun di luar kelas. Karena proses pembelajaran merupakan pemberdayaan warga belajar, maka penekanannya bukan sekedar mengajarkan sesuatu kepada warga belajar dan kemudian menyuruhnya mengerjakan soal  agar memiliki jawaban baku yang dianggap benar olek tutor, akan tetapi proses pembelajarang yang mampu menumbuhkan daya kreasi, daya nalar, rasa keingintahuan dan eksperimentasi-ekperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru (meskipun hasilnya keliru), memberikan keterbukaan terhadap kemungkinan-kemungkinan baru, menumbuhkan demokrasi, memberikan kemerdekaan dan memberikan toleransi terhadap kekeliruan akibat kreativitas berfikir (Aburizal Bakri, 1999).
Pada pendidikan nonformal sistem pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk belajar tutorial, kelompok dan atau mendiri, di tempat yang memungkinkan terselenggaranya pembelajaran sesuai situasi, kondisi, potensi dan kebutuhan. Sedangkan materi pembelajaran dapat disajikan dalam bentuk modul atau sarana belajar lain yang sesuai.
8.      Perubahan Sosial  merupakan perubahan atas kepercayaan dan nilai-nilai yang dipegang oleh orang-orang dalam suatu masyarakat dan cara-cara mereka bertindak dan berperilaku.
Sumber Perubahan :
1.      Pengetahuan baru dan inovasi teknologi
2.      Perubahan lingkungan
3.      Perubahan struktur kependudukan

9.      Peran Pendidikan Nonformal
Dalam pengembangan masyarakat : prinsipnya pengembangan masyarakat bercorak “human dignity” mengembangkan martabat, potensi dan energi manusia, “empowering process”, memberdayakan perorangan maupun kelompok, partisipatoris dan adil. Adapun filosofi pengembangan masyarakat diantaranya adalah : menolong dirinya sendiri, senantiasa mencari dan menemukan pemecahan permasalahan secara bersama-sama, ada pendampingan secara teknis maupun praktis, demokratis dan menyuburkan munculnya kepemimpinan lokal yang tangguh dan dipercaya. Prinsip dan filosofi sifatnya saling mensyaratkan dan menguatkan.
Dalam pengembangan swadaya dan kemandirian masyarakat : bertujuan agar masyarakat mampu memahami dan mengendalikan diri (swadaya) kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi dan politik yang memoengaruhi kehidupannya, sehingga ia dapat meningkatkan martabat dan taraf hidupnya (pemberdayaan kemandirian).
10.  Pemberdayaan Masyarakat
Upaya pemberdayaan (mengembangkan masyarakat dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi mempunyai daya) disini bertujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, Payne (dalam Isbandi, 2001 : 32) mengemukakan bahwa suatu daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan masyarakat lakukan yaang terkait dengan diri masyarakat sendiri, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang masyarakat miliki.
Pemberdayaan pada Masyarakat, dapat dilakukan melalui :
1.      Melibatkan dalam kegiatan sebagai bagian dalam program secara keseluruhan
2.      Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
3.      Berorientasi pada perbaikan pelayanan dan peroduk yang dihasilkan
4.      Memberikan pelayanan sesuai kebutuhan masyarakatnya.  





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Etnografi Kebudayaan Semarang

“HAKIKAT PENDIDIKAN”

contoh PKM Gagasan Tertulis lolos Dikti tahun 2015, diketuai oleh Dian Fatmawati, Akuntansi Unnes