BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN
BLENDED
LEARNING DALAM PEMBELAJARAN
1.
PENDAHULUAN
Perkembangan kemajuan Tekonologi
Informasi dan komunikasi dewasa ini berlangsung pesat, sehingga pantaslah para
ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Sekalipun kemajuan tersebut
masih dalam perjalanannya, sejak sekaranng sudah dapat diperkirakan bakal
terjadi berbagai perubahan dibidang informasi maupun bidang-bidang kehidupan
lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari perkembangan keadaan tersebut.
Perrubahan – perubahan yang akan datang dan sedang terjadi, teutama disebabkan
oleh potensi dan kemampuan teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan
manusia untuk saling berhubungan (relationship) dan memenuhi kebutuhan mereka
akan informasi hampir tanpa batas. Beberapa keterbatasan yang dulu dialami
manusia dalam berhubungan satu sama lainnya, seperti faktor jarak, waktu,
jumlah, kapasitas, kecepatan dll kini dapat diatasi dengan dikembangkannya
berbagai teknologi informasi dan komunikasi mutakhir.
Pengaruh TIK dalam dunia pendidikan
semakin terasa sejalan dengan keadaannya pergeseran pola pembelajaran dari
tatap muka yang konvensional kearah pendidikan yang lebih terbuka dan bermadia
(Mukhopadhyay M : 1995). Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan masa
mendatang akan bersifat luwes (fleksibel), terbuka dan dapat diakses oleh
siapapun yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia maupun pengalaman
pendidikan sebelumnya. Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang
akan lebih ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi
dan kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan
memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin. Tony Bates (1995) menyatakan
bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara
bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi
kesejahteraan ekonomi. Alisjahbana I (1966) mengemukakan bahwa pendekatan
pendidikan dan pelatihan nantinya akan bersifat “saat itu juga (just on time)”.
Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif dan interdisipliner.
Roniszowski dan Mason (1996) memprediksi peggunaaan “Computer-based Multimedia
Cummunication (CMC)” akan bersifat sinkron dan asinkron.
Dengan adanya TIK dalam bidang pendidikan, maka pada saat
ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan
media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat
nilai mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah,
mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainnya, semuannya itu
sudah dapat dilakukan. Faktor utama dalam distance learning yang selama ini
dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswa.
Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan
interaksi antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau
tidak. Dalam bentu real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom,
interaksi langsung dengan real audio atau real video dan online meeting.
Interaksi yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion
group, newsgruop dan buletin board. Dengan cara dita interaksi dosen dan
mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%. Bentuk-bentuk
materi, ujian, kuis, dan cara pendidikan lainnya dapat juga di implementasikan
ke dalam web, seperti materi guru dibuat dalam bentuk presentasi di web dan
dapat di download oleh siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat
oleh guru dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi
juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi
didukung dengan metode pembayaran online.
Dunia memerlukan para guru dengan
jumlah yang lebih banyak dengan kualitas yang lebih baik. Konferensi Dakar
mengungkapkan bahwa masih ada 100 juta anak-anak yang putus sekolah mereka
memerlukan para guru seiring dengan target dunia untuk pendidikan dengan jumlah
2015. Implikasinya diperlukan peningkatan ketrampilan bagi para guru yang
berjumlah kurang lebih 60 juta. Dari sekian jumlah guru tersebut sebagian besar
belum memenihi standar kualifikasi yang diharapkan dalam arti kata memiliki
kualitas rendah tidak memenuhi syarat sesuai yang tuntutan profesionalisme
keguruan. Dalam kondisi apapun peningkatan kualitas guru perlu terus
ditingkatkan sepanjang karier mereka sebagai guru jika kita menginginkan
pendidikan menuju kearah kualitas dan daya saing tinggi. Untuk itu diperlukan
strategi khusus yang dapat mengakomodasi karakteristik aktifitas guru yang
tetap dapat melaksanakan tugas kependidikan dan keguruannya di samping terus
memperoleh input pendidikan dan peningktan kualitasnya. Salah satu memperkuat
profesi pengajaran para guru adalah dengan menggunakan pendidikan jarak jauh
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT).
Pembelajaran konvensional tidakl
lagi sepenuhnya menjadi andalan namun di tengah kemajuan teknologi saat ini
diperlukan variasi metode yang lebih memberikan kesempatan untuk belajar dengan
memanfaatkan aneka sumber, tidak hanya dari man power seperti halnya guru.
Pembelajaran yang dibutuhkan adalah dengan memanfaatkan unsur teknologi
informasi, dengan tidak meninggalkan pola bimbingan langsung dari pengajar dan
pemanfaatan sumber belaSjar lebih luas. Konsep ini sering juga diistilahkan
dengan pencampuran antara blended e-learning dengan konvensional sehinggan
disebut dengan blended learning.
2.
KONSEP
BLENDED LEARNING
Secara etimologi istilah blended
learning terdiri dari dua kata yaitu blended dan learning. Kata blended berarti
campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik (Collins
Dictionary) atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan (Oxford
English Dictionary) (Heinze and Procter, 2006:236). Sedangkan learning memiliki
makna umum yakni belajar, dengan demikian sepintas mengandung makna pola
pembelajaran yang mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara satu
pola dengan pola yang lainnya. Apa yang di campurkan? Elenena (2006)
menyampaikan bahwa yang dicampurkan adalah dua unsur utama, yakni pembelajaran
di kelas (class room lesson) dengan online learning.
Pada perkembangannya istilah yang
lebih populer adalah Blended Blended e-Learning dibandingkan dengan blended
learning. Kedua istilah tersebut merupakan isu pendidikan terbaru dalam
perkembangan globalisasi dan teknologi Blended e-Learning. Zhao (2008:162) menjelaskan
“issu Blended e-Learning suliy untuk di definisikan karena merupakan sesuatu
yang baru”. Walau cukup sulit mendefinisikan pengertian Blended Blended
e-Learning tapi ada para ahli dan profesor yang meneliti tentang Blended
Blended e-Learning dan menyebutkan konsep dari Blended e-learning. selain itu,
pada penelitian Sharpen et.al (2006:18) ditemukan bahwa “intitusi yang telah
mengembangkan dengan bahasa mereka sendiri, definisi atau tipilogi praktek
blended”. Definisi dari Ahmed, et.al (2008:1) menyebutkan :
Blended
Blended e-Learning, on the other hand, merges aspects of blended e-lerning such
as: web-based instruction, streaming video, audio, synchronous and asychronous
communication, etc: with tradisional, face-to-face”learning.
Definisi lain yang hampir sama
yaitu dari Soekartawi (2006:1)
menjelaskan pengertian dari Blended Blended e-Learning yaitu:
One
of newest models is called Blended Blended e-Learning (BEL). The model, BEL, is
disigned basically based on combination of the best aspect of application of
information technology blended e-learning, structured face-to-face activities,
and real world practice.
Dari definisi-definisi yang telah
dijelaskan di atas maka dapat dikatakan secara sederhana Blended Blended
e-Learning adalah kombinasi atau penggabungan pendekatan aspek blended
e-learning yang berupa we-based instruction, video streaming, audio, komunikasi
synchronous dan asynchronous dalam jalur blended e-learning system LSM dengan
pembelajaran tradisional “tatap muka” termasuk juga metode mengajar, teori
belajar dan dimensi pedagogik. Kesimpulan tersebut sama seperti yang
dikemukakan oleh Bhonk dan Graham (2006) yaitu:
1. Combining
instructional modalities or delivery media and technologies (traditional
distance education, Internet, Web, CD ROM, video/audio, any other electronic
medium, email, online booka etc.)
2. Combining
instruction methods, learning theories and pedagogical dimensions
3. Combining
blended e-learning ang face-to-face learning.
3.
KARAKTERISTIK
BLENDED BLENDED e-LEARNING
Menuru sharpen et.al (2006:18)
karakteristik Blended Blended e-Learning, adalah:
1. Ketetapan
sumber suplemen untuk program belajar yang berhubungan selama garis tradisional
sebagian besar, melalui intsitusional pendukung lingkungan belajar virtual
2. Trasformatif
tingkat praktik pembelajaran didukung oleh rancangan pembelajaran sampai
mendalam
3. Pandangan
menyeluruh tentang tehnologi untuk mendukung pembelajaran.
Blended Blended e-Learning berisi
tatap muka, dimana beririsan dengan blended e-learning. pada blended e-learning
terdapat pembelajaran berbasis komputer yang berisikan dengan pembelajaran
online. Dalam pembelajaran online terdapat pembelajaran berasis internet yang
di dalamnya ada pembelajaran berbasis web. Diskripsi tersebut disimpulkan bahwa
dalam Blended Blended e-Learning terdapat tatap muka yang beririsan dengan
blended e-learning dimana blended e-learning beserta komponen-komponennya yang
berbasis komputer dan pembelajaran online berbasis web internet untuk
pembelajaran.
Berdasarkan komponen yang ada dalam
Blended Blended e-Learning maka teori
belajar yang mendasari moder pembelajaran tersebut adalah teori belajar
Konstruktivisme (individual learning) dari Piaget, kognotif dari Bruner Gagne
dan Blooms dal lingkungan belajar sosial atau Social Constructivisit
(collaborativ learning) dari Vygtsky.
Karakteristik teori belajar
konstruktivisme (individual learning) untuk blended e-learning (Hasibuan,
2006:4) adalah sebagai berikut.
1. Active
learners
2. Learners
construc their knoledge
3. Subjective,
dynamic and expanding
4. Processing
and understanding of information
5. Leaner
has his own learning.
4.
PENERAPAN
BLENDED BLENDED e-LEARNING
Blended e-learning kini banyak
digunakan oleh para penyelenggara pendidikan terbuka dan jarak jauh. Kalau
dahulu hanya Universitas Terbuka yang diizinkan menyelenggarakan pendidikan
jarak jauh, maka ini dengan terbitnya surat keputusan Mentri pendidikan
Nasional No.107/U/2001 (2 juli 2001) tentang penyelenggaraan program pendidikan
Tinggi jarak jauh, maka perguruan tinngi tertentu yang mempunyai kapasitas
menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh menggunakan blended
e-learning, juga telah diizinkan menyelenggarakannya. Lembaga-lembaga
pendidikan non-formal seperti kursus-kursus, juga telah memanfaatkan keunggulan
blended e-learning ini untuk program-programnya.
Secara spesifik dalam pendidikan
guru blrnded e-learning memiliki makna sebagai berikut.
1. Blended
e-learning merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan,
pelatihan-pelatihan tentang materi keguruan baik substansi materi pelajaran
maupun ilmu pendidikan secara online.
2. Blended
e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar
secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terdapat buku teks,
CD-ROM dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan
perkembangan globalisasi.
3. Blended
e-learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam
kelas, tetapi memperkaut model belajar tersebut melalui pengayaan conten dan
pengembangan teknologi pendidikan.
4. Kapasitas
guru amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan penyampaiannya. Makin baik
keselarasan antarconten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan lebih
baik kapasitas siswa yang pada gilirannya akan memberi hasil yang lebih baik.
5. Memanfaatkan
jasa teknologi elektronik. Dimana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau
guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa
dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
6. Memanfaatkan
keunggulan komputer (digital media dan computer networks).
7. Menggunakan
bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer
sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa tanpa saja dan dimana saja bila yang
bersangkutan memerlukannya.
8. Memanfaatkan
jadwal pelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yng berkaitan
dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
5.
PROSEDUR
BLENDED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN
Model blended e-learning merupakan kombinasi dari beberapa pendekatan pembelajaran yaitu pembelajaran konvensional berupa tatap muka dan e-learning berbasis internet.
|
|||||||||||||||||||||
daftar pustaka sandypress.wordpress.com pcahyono.blogspot.com Rusman, dkk. 2011, Pembelajaran Berbasis Teknologi dan Komunikasi. Bandung : PT RAJAGRAFINDO PERSADA | |||||||||||||||||||||
|
|||||||||||||||||||||
Betul, pembelajaran tatap muka di kelas masih perlu dipertahankan. Disitu letak kekuatan dari blended learning. Saya juga memvariasikan pengguaan media, salah satunya blog.
BalasHapusSilahkan diintip https://ulfiarahmi.wordpress.com/2018/09/