“HAKIKAT PENDIDIKAN”
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu dalam rangka
pemenuhan tugas mata kuliah pengantar ilmu pendididkan. Dalam makalah ini kami
akan membahas mengenai “HAKIKAT PENDIDIKAN”.
Penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, tidak menutup kesempatan bagi
pembaca yang hendak memberi kritik dan saran berkenaan dengan makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Semarang, 8 Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….......1
Daftar Isi……………………………………………………………………………………….2
Pendahuluan…………………………………………………………………………………...3
1.1
Latar
Belakang…………………………………………………………………….3
1.2
Rumusan
Masalah…………………………………………………………………3
1.3
Tujuan……………………………………………………………………………..3
Pembahasan……………………………………………………………………………………4
2.1 Konsepsi Pendidikan………………………………………………………………4
2.2 Definisi Pendidikan………………………………………………………………..7
2.3 Sifat-Sifat Pendidikan sebagai Ilmu……………………………………………….7
2.4 Pendidikan sebagai Suatu Ilmu……………………………………………………8
2.5 Unsur-Unsur dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pendidikan……………….9
Penutup……………………………………………………………………………………….11
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………....11
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………..12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan
yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga
belajar tetapi lebih ditentukan oleh instingnya. Sedangkan manusia, hidup menggunakan
akal pikiran yang dimilikinya dalam setiap berprilaku. Pada hakikatnya
pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, yang
didapat dari lembaga formal maupun non formal.
Pada dasarnya hakikat pendidikan sangatlah luas.
Hakikat pendidikan bukanlah hanya sekedar pengertian serta definisi pendidikan
semata. Didalam hakekat pendidikan banyak hal menarik untuk dipelajari
contohnya saja seperti objek ilmu pendidikan dan macam-macam ilmu pendidikan.
Hal-hal menarik inilah yang mendorong kami untuk mempelajari lebih dalam
mengenai hakikat pendidikan diluar dari tugas yang telah ditentukan.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana konsepsi pendidikan ?
2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan ?
3. Bagaimana sifat-sifat ilmu pendidikan ?
4. Bagaimana pendidikan dijadikan sebagai suatu sistem ?
5. Apa unsur-unsur dan faktor yang mempengaruhi
pendidikan ?
1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan konsepsi pendidikan.
2. Menjelaskan definisi pendidikan.
3. Menerangkan sifat-sifat ilmu pendidikan.
4. Menjelaskan pendidikan sebagai suatu sistem.
5. Memberi pengetahuan mengenai unsur-unsur dan faktor
yang mempengaruhi pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep
Dasar Pendidikan
Beberapa aspek yang berhubungan dengan usaha pendidikan, yaitu bimbingan sebagai suatu proses, orang dewasa sebagai pendidik, anak sebagai manusia yang belum dewasa, dan yang terakhir adalah tujuan pendidikan. Ada beberapa konsepsi dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan, yaitu :
Beberapa aspek yang berhubungan dengan usaha pendidikan, yaitu bimbingan sebagai suatu proses, orang dewasa sebagai pendidik, anak sebagai manusia yang belum dewasa, dan yang terakhir adalah tujuan pendidikan. Ada beberapa konsepsi dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan, yaitu :
1) Bahwa
pendidikan berlangsung seumur hidup (lon life education). Dalam hal ini berarti
bahwa usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia itu lahir sampai ia tutup
usia, ssepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan
dirinya. Suatu konsekuensi konsep pendidikan sepanjang hayat ialah bahwa
pendidikan tidak identik dengan sekolah. Pendidikan berlangsung dalm lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
2) Bahwa
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah. Pemerintah tidak boleh memonopoli segalanya melainkan bersama
keluarga dan masyarakat berusaha agar pendidikan mencapai
tujuan yang telah ditentukan.
3) Bagi
manusia, pendidikan merupakan suatu keharusan karena dengan pendidikan manusia
akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang. Handerson mengemukakan
bahwa pendidikan merupakan suatu haal yang tak dapat dielakkan oleh manusia,
suatu perbuatan yang tak boelh tidak terjadi, karena pendidikan membimbing
generasi muda untuk mencapai suatu generasi yang lebih baik.
Pendidikan
Hanya Berlaku Bagi Manusia
Dalam arti luas, pendidikan berisi tiga pengertian, yaitu pendidikan, pengajaran dan pelatihan. Istilah mendidik menurut Darji Darmodiharjo, menunjukkan usaha pengembangan budi pekerti, semangat, kecintaan rasa kesusilaan, ketakwaan, dll. Istilah mengajar menurut Sikun Pribadi berarti mmebri pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan intelektualnya. Sedangkan Istilah melatih, merupakan suatu usaha memberi sejumlah keterampialn tertentu, yang dilakukan secara berulang-ulang, sehingga akan terjadi suatu pembiasaan bertindak. Dalam penjelasan tersebut, pendidikan menyangkut seluruh aspek kepribadian manusia.
Hewan tidak dapat dididik dan tidak memungkinkan untuk dididik, sehingga tidak mungkin dilibatkan dalam proses pendidikan. Hanya manusia yang dapat dididik dan mungkin menerima pendidikan karena manusia memang dilengkapi akal budi. Pendidikan pada hakikatnya akan berusaha mengubah perilaku, tetapi perilaku man yang dapat dijangkau pendidikan, karena hewan pun adalah makhluk berperilaku.
Dalam arti luas, pendidikan berisi tiga pengertian, yaitu pendidikan, pengajaran dan pelatihan. Istilah mendidik menurut Darji Darmodiharjo, menunjukkan usaha pengembangan budi pekerti, semangat, kecintaan rasa kesusilaan, ketakwaan, dll. Istilah mengajar menurut Sikun Pribadi berarti mmebri pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan intelektualnya. Sedangkan Istilah melatih, merupakan suatu usaha memberi sejumlah keterampialn tertentu, yang dilakukan secara berulang-ulang, sehingga akan terjadi suatu pembiasaan bertindak. Dalam penjelasan tersebut, pendidikan menyangkut seluruh aspek kepribadian manusia.
Hewan tidak dapat dididik dan tidak memungkinkan untuk dididik, sehingga tidak mungkin dilibatkan dalam proses pendidikan. Hanya manusia yang dapat dididik dan mungkin menerima pendidikan karena manusia memang dilengkapi akal budi. Pendidikan pada hakikatnya akan berusaha mengubah perilaku, tetapi perilaku man yang dapat dijangkau pendidikan, karena hewan pun adalah makhluk berperilaku.
Konsep Mendidik, Mengajar dan Belajar
Terdapat perbedaan mendasar antara mendidik dan mengajar, beberapa orang mungkin terjebak antara definisi mendidik dengan mengajar. Padahal, terdapat perbedaan yang mendasar antara keduanya. Mengajar merupakan kegiatan teknis keseharian seorang guru. Semua persiapan guru untuk mengajar bersifat teknis. Hasilnya juga dapat diukur dengan instrumen perubahan perilaku yang bersifat verbalistis. Tidak seluruh pendidikan adalah pembelajaran, sebaliknya tidak semua pembelajaran adalah pendidikan. Perbedaan antara mendidik dan mengajar sangat tipis, secara sederhana dapat dikatakan mengajar yang baik adalah mendidik. Dengan kata lain mendidik dapat menggunakan proses mengajar sebagai sarana untuk mencapai hasil yang maksimal dalam mencapai tujuan pendidikan. Mendidik lebih bersifat kegiatan berkerangka jangka menengah atau jangka panjang. Hasil pendidikan tidak dapat dilihat dalam waktu dekat atau secara instan. Pendidikan merupakan kegiatan integratif olah pikir, olah rasa, dan olah karsa yang bersinergi dengan perkembangan tingkat penalaran peserta didik. Mengajar yang diikuti oleh kegiatan belajar-mengajar secara bersinergi sehingga materi yang disampaikan dapat meningkatkan wawasan keilmuwan, tumbuhnya keterampilan dan menghasilkan peru bahan sikap mental/kepribadian, sesuai dengan nilai-nilai absolute dan nilai-nilai nisbi yang berlaku di lingkungan masyarakat dan bangsa bagi anak didik adalah kegiatan mendidik. Mendidik bobotnya adalah pembentukan sikap mental/kepribadian bagi anak didik , sedang mengajar bobotnya adalah penguasaan pengetahuan, keterampilan dan keahlian tertentu yang berlangsung bagi semua manusia pada semua usia. Contoh seorang guru matematika mengajarkan kepada anak pintar menghitung, tapi anak tersebut tidak penuh perhitungan dalam segala tindakannya, maka kegiatan guru tersebut baru sebatas mengajar belum mendidik. Istilah mengajar, mendidik dapat dibedakan tetapi sulit untuk dipisahkan. Mengajar lebih ditekankan pada penguasaan pengetahuan tertentu, sedangkan mendidik lebih ditekankan pada pembentukan manusianya (penanaman sikap dan nilai-nilai). Belajar adalah usaha anak didik untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Manusia Perlu Dididik (Memperoleh Pendidikan)
Pada hakekatnya manusia itu adalah animal educable (binatang yang dapat dididik), animal educandum (binatang yang harus dididik) dan homo educandus( makhluk yang dapat mendidik) . Dari hakekat ini jelas bahwa pendidikan itu merupakan keharusan mutlak bagi manusia. Oleh karena itu mengapa manusia perlu dididik maka dapat ditinjau dari berbagai aspek. Pada waktu kehidupan permulaan(bayi/anak-anak), mula-mula yang paling berperan adalah dari segi fisik, kemudian secara berangsur-angsur segi rohani berganti memegang peranan penting. Perkembang fisik indifidu ditentukan oleh dua faktor yaitu maturation (kematangan) dan learning (belajar). Seorang anak akan dapat berjalan jika memiliki tulang-tulang kaki dan otot yang cukup kuat disertai dorongan untuk berjalan adalah faktor kematangan. Tetapi kematangan itu sendiri belum cukup untuk memiliki kemampuan untuk berjalan, ia harus belajar terus dan dibantu oleh orang lain. Ditinjau dari sisi lain hakekat manusia adalah sebagai makhluk indifidu dan sosial makhluk dunia dan akhirat, terdiri dari unsur jiwa dan raga yang diciptakan oleh tuhan lewat hubungan orang tua untuk hiduh bersama secara sah lewat pernikahan, karena itu secara kodrat orang tua harus mendidik anak-anaknya secara bertanggung jawab.Orang tua tidak cukup hanya memberikan makan minum pakaian kepada anaknya,tetapi harus berusaha bagaimana agar anaknya menjadi pandai,bahagia berguna bagi masyarakat bangsa dan negara. Pada hakekatnya usaha-usaha yang dilakukan dalam pendidikan memang tertuju pada masalah keseimbangan keselarasan dan keserasian perkembangan kepribadian dan kemampuan manusia.Emmanuel Kant mengatakan bahwa “ manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Prof. Dr.N. Driyarkoro memberi istilah “ hominisasi ke humanisasi “ (memanusiakan manusia). Jadi jika manusia itu tidak dididik maka tidak akan menjadi manusia yang sebenarnya.
Ada beberapa asumsi yang memungkinkan manusia perlu mendapat pendidikan :
1. Manusia
dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya. Begitu lahir ke dunia, manusia perlu
mendapat bantuan orang lain agar dapat melangsungkan kehidupannya.
2. Manusia
lahir tidak langsung dewasa. Untuk sampai ke tingkat dewasa yang menjadi tujuan
pendidikan dalam arti khusus memerlukan waktu relatif lama.
3. Manusia
pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak akan menjadi manusia seandainya
tidak hidup bersama manusia lain.
4. Manusia
pada hakikatnya dapat dididik dan dapat mendidik dirinya sendiri secar terus
menerus sepanjang hayat.
Pendidikan sebagai Suatu Proses
Transformasi NilaiNilai-nilai yang akan ditransformasikan mencakup nilai-nilai religi, nilai kebudayaan, nilai pengetahuan dan teknologi serta nilai keterampilan. Nilai-nilai yang akan ditransformasikan tersebut dalam rangka mempertahankan, mengembangkan, bahkan kalau perlu mengubah kebudayaan yang kurang baik di masyarakat.
Tujuan Pendidikan
Kegiatan pendidikan ditujukan untuk membentuk manusia Indonesia yang memiliki kepribadian yang lebih baik yaitu manusia Indonesia yang sikap dan perilakunya dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dijiwai oleh nilai-nilai pancasila.
Pendidikan Sepanjang Hayat
Life long education cenderung melihat pendidikan
sebagai kegiatan kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia
secara penuh yang berjalan terus-menerus seolah-olah tidak ada batasannya
sampai meninggal. Ini berarti bahwa pendidikan itu tidak hanya penting bagi
anak-anak (yang biasa dianggap belum siap kehidupan sosialnya dan melakukan
peranan masyarakat dewasa), tetapi juga penting untuk orang dewasa maupun
orangtua dalam rangka pencapaian perkemmbangan manusia yang penuh. Bahwa
manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai suatu
kehidupan yang optimal. Selama manusia barusaha untuk meningkatkan
kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan,
kepribadian, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama
itulah pendidikan masih berjalan terus.
“Menuntut ilmu adalah kewajiban
setiap muslim dan muslimat. Tuntutlah ilmu sejak buaian sampai lubang kubur.
Tiada amalan umat yang lebih utama daripada belajar”.
2.2 PENGERTIAN PENDIDIKAN
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan
sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai
didalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya
peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses
pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang
peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia
melestarikan hidupnya.
Sekedar
memperjelas pengertiannya, berikut ini kita kutipbeberapa definisi :
1. Menurut
Carter Education berarti :
- Proses perkembangan pribadi
- Proses sosial
- Profesional cources
- Seni untuk membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun yang diwarisi/dikembangkan masa lampau oleh tiap generasi bangsa.
2. Menurut
buku “HigherEducation for American Democracy”
Education is an institution of
civilized society, but thepurposes of education are not the same in all
societies. An educational system finds its the guiding principles and ultimate
goals in the aims and philosophy of the social order in wich it functions (11 :
5). Pendidikan ialah satu lembaga dalam tiap-tiap masyarakat yang beradab,
tetapi tujuan pendidikan tidaklah sama dalam setiap masyarakat. Sistem
pendidikan suatu masyarakat (bangsa) dan tujuan-tujuan pendidikannya didasarkan
atas prinsip-prinsip (nilai-nilai), cita-cita dan filsafat yang berlaku dalam
suatu masyarakat (bangsa).
Dari uraian
di atas dapat kita kemukakan kesimpulan sebagai berikut :
- Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rokhani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budinurani) dan jasmani (pancaindra serta ketrampilan-ketrampilan).
- Pendidikan berarti juga lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi : keluarga, sekolah dan masyarakat (negara).
- Pendidikan merupakan pula hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Pendidikan dalam arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu kesatuan.
2.3 Sifat Pendidikan Sebagai Suatu Ilmu
Pendidikan merupkan salah satu
faktor penting yang dapat digunakan merealisasi bakat-bakat yang dibawa manusia
sejak lahir (talenta, teori konvergensi), sehinga manusia mempunyai
keterampilan yang dapat digunakan untuk menghidupi dirinya (profesi). Bila
semua masyarakat mempunyai ketrampilan yang berguna, dapat diharapkan akan
muncul masyarakat yang dinamis, efektif dan produktif.sasaran terakhir dari
masyarakat yang seperti itu adalah pencapaian cita-cita bangsa sesuai isi
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 ayat 1 yaitu “...memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”. Kesejahteraan
individu-individu melalui penghasilan yang diperolehnya, sedang penghasilan
dapat dicapai bila manusia memiliki ketrampilan dari hasil pendidikannya.
Ilmu ialah pengetahuan
yang telah diuji kebenarannya dan membahas tentang hal-hal yang dapat
diamati (observabel). Pada dasarnya, semua ilmu dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
a. Ilmu Murni : Ilmu yang membahas/mendalami ilmu itu sendiri. Dalam pendidikan ilmu murni akan tampak dari adanya usaha membahas teori – teori pendidikan secara dalam (sampai tingkat elementer-atomistik)
b. Ilmu Terapan : Ialah usaha-usaha menerapkan dalam kegiatan proses kehidupan (sebagai alat yang memudahkan kehidupan). Dalam kegiatan proses pendidikan menggunakan bantuan teori dan pendidikan dalam mengatasi masalah – masalah anak didik tidak terkecuali pendidikan memerlukan ilmu murni lain seperti : psokologi, matematika, biologi, untuk proses pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa ilmu pendidikan tidak dapat berdiri sendiri.
a. Ilmu Murni : Ilmu yang membahas/mendalami ilmu itu sendiri. Dalam pendidikan ilmu murni akan tampak dari adanya usaha membahas teori – teori pendidikan secara dalam (sampai tingkat elementer-atomistik)
b. Ilmu Terapan : Ialah usaha-usaha menerapkan dalam kegiatan proses kehidupan (sebagai alat yang memudahkan kehidupan). Dalam kegiatan proses pendidikan menggunakan bantuan teori dan pendidikan dalam mengatasi masalah – masalah anak didik tidak terkecuali pendidikan memerlukan ilmu murni lain seperti : psokologi, matematika, biologi, untuk proses pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa ilmu pendidikan tidak dapat berdiri sendiri.
Sifat-Sifat Pendidikan sebagai
Suatu Ilmu
·
Normatif,
memiliki ciri – ciri dasar/aturan yang mendukung aturan – aturan dasar yang
sudah baku. Contoh : melestarikan budaya bangsa melalui pembinaan budaya –
budaya daerah yang bersifat positif.
·
Deskriptif :
menggambarkan seluruh peristiwa belajar dengan tepat/tidak dimanipulasi dari
mulai siapa siswa, apa yang telah diajarkan sampai nilai yang diberikan harus
betul – betul menggambarkan perolehan hasil belajar anak.
·
Teoritis,
mengkaji bidang keilmuannya secara luas (profesional) sampai hal – hal yang
sekecil – kecilnya (atomistik).
·
Praktis/terapan,
teori – teori yang dikaji digunakan untuk melancarkan proses pendidikan.
a)
Ilmu Pendidikan sebagai Ilmu
yang Bersifat Deskriptif-Normatif
Nilai-nilai
yang dijunjung tinggi dalam pandangan manusia itulah yang dijadiakn norma atau
kriteria untuk mendidik. Norma ini biasanya tergambar dalam rumusan tujuan
pendidikannya. Ilmu pendidiakn diarahkan pada perbuatan mendidik yang
bertujuan, sedangkan nilai merupakan ukuran bersifat normatis, sehingga
ditegaskan bahwa ilmu pendidikan bersifat deskriptif-normatif.
b)
Ilmu
Pendidikan sebagai Ilmu yang Bersifat Teoretis dan
Praktis-Pragmatis
2.4 Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Pendidikan
merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Suatu usaha
pendidikan menyangkut tiga unsur pokok yaitu unsur input, unsur proses usaha
itu sendiri, dan output.Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan
bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur
tujuan sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur atau
jenjang, kurikulum dan fasilitas. Setiap sistem pendidikan ini saling
mempengaruhi.
Definisi
sistem yang terkait dengan pendidikan nasional tercantum dalam UU No.20 Tahun
2003 yang menyatakan bahwa ”Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan
komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional. Dalam suatu system terdapat :
1.
Komponen yang dapat dikenali
2.
Komponen saling terkait secara
teratur
3.
Komponen saling ketergantungan
satu sama lain
4.
Mekanisme antar saling komponen
terkait dan merupakan satu kesatuan organisasi
5.
Kesatuan organisasi berfungsi
dalam mencapai tujuan.
Pada
umumnya, system dibedakan menjadi dua macam, yaitu sistem terbuka ( system
berhubungan dengan lingkunganya, komponen dibiarkan berhubunagn dengan komponen
luar) dan sistem tertutup (semua komponen terisolasi dai pengaruh luar).
Proses
pendidikan berlangsung jika komponen dalam system bergerak dan saling terkait.
Selain itu, hubungannya harus bersifat fungsional dan merupakan satu kesatuan
dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu, setiap komponen yang terdapat di daam
sistem pendidikan seluruhnya harus dapat berfungsi sesuai porsinya.
2.5 Unsur-Unsur dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan
1. Peserta Didik
Pandangan terhadap peserta didik
kini telah mengalami banyak perubahan. Artinya peserta didik tidak lagi dianggap
sebagai sosok yang pasif menerima informasi yang datang dari pendidik belaka.
Era global secara sadar
atau tidak telah mempengaruhi peserta didik yang senantiasa mendapat masukan
dari berbagai pihak. Persamaan usia dan tingkat
kelas peserta didik belum tentu menyamakan pengetahuan mereka. Perbedaan ini
terjadi karena adanya konteks lingkungan yang berbeda. Perbedaan konteks
belajar mempengaruhi perkembangan individual peserta didik.
2.
Pendidik
Pendidik pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu pendidik menurut kodrat (pendidik kodrati) yang
dalam hal ini adalah orang tua dan pendidik menurut jabatan (pendidik profesi)
yaitu guru.
Hubungan edukatif antara orang tua dengan anaknya
mengandung dua unsure, yaitu unsure kasih sayang pendidik terhadap anaknya dan
unsure jesadaran tanggung jawab dari pendidik untuk menuntun perkembangan anak.
Guru sebagai pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab mendidik dari
tiga pihak, yaitu oranng tua, masyarakat, dan Negara. Seorang pendidik harus mengenal
alat pendidikan yang normatif yang dibedakan menjadi dua, yaitu alat pendidikan
preventif ( bersifat mencegah ) dan alat pendidikan
represif/kuratif/korektif/(perbaikan).
3.
Tujuan
Setiap kegiatan pendidikan baik
di dalam lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat tentu memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Misal pada
peserta didik mengalami perkembangan. Pendidik memiliki tujuan agar peserta
didik pandai berbicara, membaca dan menulis, berhitung dan sebagainya,
bertambah cerdas, rajin, teliti, berani dan sebagainya, berbudi pekerti luhur,
cinta bangsa dan tanah air dan sebagainya.
Menurut Langeveld dalam bukunya Beknopte Theoretische
Paedagogik dibedakan adanya berbagai macam tujuan pendidikan, sebagai berikut :
a)
Tujuan Umum / universal / tujuan
lengkap / tujuan akhir / sempurna
Menjadi tujuan orang tua / pendidik, berakar dari tujuan hidup, berhubungan
dengan pandangan tentang hakikat manusia.
b)
Tujuan tidak sempurna,
menyangkut segi-segi tertentu
c)
Tujuan sementara
d)
Tujauan Perantara/intermediair
Tujuan ini ditentukan dalam rangka mencapai tujuan sementara/
e)
Tujuan Insidental
Merupakan peristiwa-peristiwa yang terlepas saat demi saat dalam proses
menuju tujuan umum.
f)
Tujuan Khusus
4.
Isi Pendidikan
Yaitu segala sesuatu yang oleh pendidik langsung diberikan kepada peserta
didik dan diharapkan dapat dikuasai dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Maka ada syarat pemilihan materi pelajaran, diantaranya:
a)
Materi harus sesusai tujuan
pendidikan
b)
Materi sesuai dengan peserta
didik.
5.
Metode
Peristiwa pendidikan ditandai adanya interaksi edukatif. Agar interaksi
yang terjadi dapat berlangsng secara edukatif, efisien, dan efektif dalam
mencapai tujuan, maka diperlukan metode tepat. Metode pada dasarnya berfungsi
sebagai alat mencapai tujuan. Sebagai tolak ukur baik tidaknya metode
diperlukan kriterium.
6.
Lingkungan
Seperti yang sudah dijelaskan
dalam unsur peserta didik di atas, bahwa peserta didik yang relatif memiliki usia dan tingkat
kelas sama bisa memiliki tingkat pengetahuan berbeda. Perbedaan ini terjadi
karena adanya konteks lingkungan yang berbeda, yaitu :
Ø Lingkungan pendidikan tempat belajar
peserta didik bersifat aksidental (kebetulan) dan insidental (kadang-kadang),
sehingga menyebabkan peserta didik tidak terprogram dalam belajarnya
Ø Lingkungan pendidikan tempat belajar
peserta didik terprogram secara intensional, sengaja atau dikehendaki, sehingga
peserta didik lebih siap dalam belajar
Ø Lingkungan pendidikan tempat belajar
peserta didik terprogram sesuai dengan yang telah ditetapkan
Ø Lingkungan pendidikan tempat pelajar
peserta didik sangat optimal dan ideal, sehingga peserta didik dapat melakukan
cara-cara belajar sebagaimana yang diharapkan. Konteks belajar seperti ini
menyebabkan peserta didik mampu berkembang secara kreatif dan optimal.
Sebagai
salah satu usur pendidikan, situasi lingkungan secara potensial dapat menunjang
dan menghambat usaha pendidikan, dapat juga sebagai sumber belajar yang direncanakan
ataupun yang dimanfaatkan pendidik.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pada hakikatnya, pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Antara
praktik dan teori pendidikan dalam pelaksanaannya perlu kesinambungan, teori
pendidikan dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan praktik pendidikan itu.
Dalam konsep pendidikan terdiri dari orang dewasa sebagai pendidik, orang yang
belum dewasa sebagai objek yang dididik, bimbingan sebagai proses, serta
kedewasaan sebagai tujuan pendidikan. Pendidikan hanya dikenakan kepada manusia
dan akan teris berlangsung sepanjang hayat. Dalam mencapai tujaun pendidikan
itu sendiri, pendidikan berkedudukan sebagai proses pengembangan kepribadian
sebagai transformasi niali-nilai. Pendidikan bersifat dinamis menuju arah yang
positif bersama unsure-unsurnya dan dipengaruhi factor-faktor tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
- Achmad, Munib dkk. 2010. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: Unnes Press.
- Tim Dosen FIP-IKIP Malang. Pengantar Dasar – Dasar Pendidikan. Surabaya: Usana Offset.
- Meila, Sri Martini. 2011. Penagntar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
·
http://informasilive.blogspot.com/2013/04/pendidikan-suatu-sistem.html
untuk mendownload ppt HAKIKAT PENDIDIKAN KLIK DISINI
untuk mendownload ppt HAKIKAT PENDIDIKAN KLIK DISINI
Komentar
Posting Komentar