Dari Aku yang Menyukaimu Semenjak Awal Bertemu

Sejak awal aku melihatmu, dari situ tumbuh rasa aku ingin bersamamu. Padahal aku belum mengetahui seluk beluk tentangmu, tapi Alloh menumbuhkan rasa ini. Semakin hari semakin kuat, aku mencoba menahan. Menyimpan.
Semua tentangmu aku mulai mencari tahu. Sebelum terlalu jauh aku mengetahui semua tentangmu, aku tak dapat menyimpan rasa ini sendirian. Aku keluar dari persembunyian rasa tapi yang kudapati “KITA JALANIN AJA DULU SEPERTI BIASA”. Tapi aku tak bisa dengan terus menjalani seperti biasa dengan pelanggaran. Aku tersadar bahwa sikapku salah, tapi aku berharap kao tidak menjauh dariku. Tetaplah merespon saat aku menghubungimu. Dan itu memang benar. Bahagia? Iya.
Semua orang tahu bahwa jodoh adalah cerminan diri. Sudah menjadi hukum Alloh bahwa yang baik untuk yang baik dan yang buruk untuk yang buruk. Terlepas aku mengetahui masalalumu. Aku tak mempermasalahkan masalalumu, karena itu yang membentukmu sekarang dan untuk masa depan. Begitupun denganku. Aku mencoba menerimanya. Tak perlu kao tahu bahwa di setiap doaku namamu selalu aku selipkan agar aku bisa bersamamu menjalani hubungan yang lebih dewasa. Istikhoroh menjadi salah satu bukti bahwa aku bersungguh-sungguh dengan harapanku.
Aku tersadar dan aku mencoba mengurangi pelanggaran denganmu. Dan kao tahu terkadang aku lebih suka melihatmu daripada melihat semua pesanmu. Sekarang, kita tak lagi bercanda tentang kita di masa depan. Tapi aku selalu mengingat pesan texs mu bahwa kao akan menjadi kepala keluarga yang baik untuk aku dan anak kita kelak dan tak ayal aku balasnya dengan aku akan menjadi wanita yang melayani semua kebutuhanmu serta menjadi jama’ah satu shof dibelakangmu mengamini setiap al fatihahm. Yaa, meskipun itu semua hanya candaan tapi Alloh maha mendengar.
Seiring berjalannya waktu, aku tak bisa jika harus bersikap biasa di depanmu. Semua tampak jelas saat kita bertemu, saling berbicara menatap mata, ucapanku yang terkadang kelihatan grogi. Tak kusadari aku menunjukan rasa ini. Kao tersenyum dan akupun membalasnya dengan tersenyum. Meski tak saling bertegur sapa. Semua ini tentang perasaanku, terlepas dari perasaanmu yang sesungguhnya belum aku tahu. Yaa, kao tak pernah mengutarakan perasaanmu, hanya saja kita, aku kao selalu menantikan pertemuan-pertemuan selanjutnya. Hanya saja selalu menantikan obrolan selanjutnya. Saling mencari-cari alasan agar kita dapat bertukar pesan.
Sampai detik ini rasaku padamu belum sepenuhnya hilang, tapi aku takut melebihkannya. Aku menyukaimu karna Alloh, jadi aku tidak akan berbuat apa-apa yang sekiranya melanggar.

Kao tahu, Alloh tidak main-main memberi keinginan pada setiap makhluknya, termasuk aku menginginkanmu menjadi imamku yang menuntunku menuju derajad surga yang tinggi. Waktu yang akan memberitahu semua skenario Alloh dan doa yang aku panjatkan selalu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Etnografi Kebudayaan Semarang

“HAKIKAT PENDIDIKAN”

contoh PKM Gagasan Tertulis lolos Dikti tahun 2015, diketuai oleh Dian Fatmawati, Akuntansi Unnes